MWB4NGVdMaZcNqVaNataLGZ7AnUlyDoqy7xc==

Kisah Pria Jepang Yang Dibayar Untuk Tidak Melakukan Apa-apa

Seorang pria di Jepang meraih sukses `menyewakan` dirinya pada orang lain tanpa harus melakukan apa-apa. Pria itu hanya ditugaskan untuk mendengarkan cerita.

Hidup memang ada-ada saja. Seorang pria di Jepang meraih sukses hanya dengan tidak melakukan apa-apa. Pria bernama Shoji Morimoto itu membangun karier yang sukses dengan menyewakan dirinya untuk tidak melakukan apa-apa.

Hanya dalam waktu dua tahun, Morimoto menjadi seorang selebriti di Jepang. Dia memiliki lebih dari 270 ribu pengikut di Twitter, tampil di sejumlah program televisi, kisahnya dibagikan di sejumlah majalah, dan buku-bukunya terjual.

Morimoto membangun kesuksesannya di atas layanan yang pada dasarnya mengharuskan dia untuk tidak melakukan apa-apa, selain bertemu orang secara acak, mendengarkan cerita mereka, atau hanya secara fisik berada di dekat orang-orang yang membutuhkan.

Morimoto hanya menyewakan dirinya pada orang asing dan memberi tahu mereka sebelumnya bahwa dia tidak bisa melakukan apa-apa selain makan, minum, dan bergaul.

Mengutip News Beezer, Morimoto sebelumnya adalah contoh seorang siswa teladan. Dia selalu mendapatkan nilai akademik yang bagus. Dia bahkan telah mendapatkan gelar master di bidang fisika dari Osaka University yang bergengsi.

Morimoto sempat menjadi seorang editor buku. Setelah tiga tahun bekerja sebagai editor, dia berhenti dan menyadari bahwa itu bukan-lah karier yang diinginkannya.

Karya-karya filsuf asal Jerman, Friedrich Nietzsche, memengaruhinya untuk kembali memikirkan hidupnya. "Saya melanjutkan sekolah ke pascasarjana karena orang-orang di sekitar saya melakukan itu. Saya terhanyut tanpa berpikir, saya jarang hidup atas inisiatif saya sendiri," kata Morimoto.

Pada Agustus 2018, Morimoto akhirnya membuka layanan pribadinya pada publik. Morimoto mempersilakan siapa saja yang membutuhkan kehadirannya sebagai teman yang bisa mendengarkan segala keluh kesah, teman menikmati bunga sakura, atau apa pun. Klien hanya dikenakan biaya transportasi dan makanan-minuman jika ada.

Ide cerdik Morimoto ini populer di media sosial. Dia kemudian dibanjiri oleh permintaan orang asing. Saat ini, bisnis yang dijalaninya berjalan cukup baik. Dia pergi `bekerja` pada pukul 8.30 pagi dan kembali ke rumah pada pukul 10.00 malam.

Layanan Morimoto ini diberikan secara gratis. Hanya saja, beberapa orang bersikeras untuk memberikan bayaran ekstra untuk waktu yang telah diberikan Morimoto.

Morimoto sendiri sempat membagikan pengalamannya menemani orang-orang. Salah satunya saat dirinya diundang ke sebuah hotel bintang lima oleh seorang pria paruh baya. Pria itu tak punya keperluan apa-apa datang ke hotel, hanya sekadar hobi. Pria itu membutuhkan Morimoto untuk mendengarkan ceritanya mengenai hobi-hobinya. Morimoto hanya mendengarkan cerita si pria selama tiga jam.

Bisnis menyewa orang memang cukup pesat di Jepang. Bisnis ini berkembang seiring kehidupan orang-orang masa kini yang kian sibuk.

Pada dasarnya, setiap manusia memiliki keinginan untuk ditemani dan didengarkan. Namun, sering kali berbagai kesibukan yang terjadi membuat kebutuhan akan didengarkan itu menjadi sirna.

Mengutip laman The Emotion Machine, saat perasaan ingin didengarkan itu tak bisa tercapai, seseorang akan dengan mudah merasa kesepian, stres, sedih, atau bahkan marah.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Social Physchology menemukan bahwa saat individu diberi kesempatan untuk berbagi cerita dan pengalaman dengan orang lain, hal itu dapat membantu meningkatkan suasana hati.

Saat seseorang tak bisa menyalurkan apa yang ada dalam pikirannya, sering kali hal tersebut menimbulkan konsekuensi negatif bagi orang lain. Merasa didengarkan dan ditemani penting bagi kesehatan mental.

0 Response to "Kisah Pria Jepang Yang Dibayar Untuk Tidak Melakukan Apa-apa"

469110701213383906