Narasi Prososial, Strategi Efektif Suarakan Pentingnya Vaksin
Sebuah survei tentang persepsi dan penerimaan vaksin tahun lalu menemukan sebagian besar responden bersedia divaksin. Hanya sekian persen yang tidak bersedia dan sisanya masih merasa ragu. Rizqy Amelia Zein, dosen Psikologi Sosial di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, mengatakan kelompok yang masih ragu ini terbilang rawan. Mereka sangat mungkin turut terpengaruh narasi negatif dan tidak bersedia divaksin.
"Kalau untuk orang yang ragu, mungkin ini yang jadi masalah. Jadi mungkin kalau misal, saya ragu, mungkin cari informasi berimbang. Jangan mendengarkan salah satu pihak. Dengarkan yang antivaksin argumennya apa, yang provaksin apa. Namun bisa malah problematik ketika tidak bisa mengolah informasi berbeda, bisa bingung," ujar Rizqy pada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Kamis (14/1).
Harapannya, lanjutnya, justru yang sekarang diharapkan lebih agresif bersuara adalah mereka yang provaksin. Pendekatan dimulai dari lingkaran terkecil misal keluarga inti kemudian orang-orang terdekat agar paparan narasi negatif seputar vaksin bisa dilumpuhkan.
Buat Rizqy, perlu ada pembaharuan narasi agar mereka yang masih ragu bisa ditarik ke kelompok provaksin. Menurutnya, ajakan vaksin agar tubuh kebal terhadap penyakit perlu diubah menjadi ajakan vaksin untuk melindungi mereka yang tidak bisa divaksin, bagian dari upaya mencegah bencana sekaligus jadi lomba untuk berbuat baik.
Terlebih ada riset menyebut kalau Indonesia adalah negara dengan penduduk paling dermawan. Narasi prososial misal vaksinasi adalah bagian dari solidaritas sesama manusia dirasa bakal lebih ampuh.
"Kalau di Islam istilahnya fardhu kifayah. Itu seperti kalau ada orang yang di kampung meninggal, sekampung tidak ada yang menyalatkan, yang dosa sekampung. Sama kayak vaksin. Herd immunity terbentuk, orang yang tercakup jadi enggak fardhu lagi. Sementara herd immunity enggak tercapai, yang dosa senegara," ujarnya.
"Nah di sini MUI jangan cuma halal enggak halal aja."
Dengan kesadaran bahwa vaksinasi merupakan bagian dari perbuatan baik dan upaya melindungi sesama, orang memperoleh penguatan dan diharapkan tidak ragu untuk divaksin. Orang jadi gotong royong membantu sesama sebab tidak semua orang bisa divaksin termasuk ibu menyusui, lansia, juga mereka yang memiliki penyakit autoimun.
"Mungkin ada yang takut divaksin karena takut nanti kejadian apa, ini, itu. Kita bilang itu memang bisa terjadi tetapi coba pikirkan berkorban sedikit untuk melindungi banyak orang, enggak cuma untuk diri sendiri. Provaksin musti lebih aktif," imbuhnya.
0 Response to "Narasi Prososial, Strategi Efektif Suarakan Pentingnya Vaksin"